Harapan

AUTISM IS NOT CRAZY, BUT IT'S A GIVE FROM ALLAH







Seminggu yang lalu saya datang kerumah tante saya. Tante saya kebetulan mempunyai anak yang keterbelakangan mental atau "autis". Saat saya berkunjung kerumah tante saya, saya melihat sepupu saya disudut bibirnya ada luka kecil. Saya tanya pada sepupu saya ternyata dia dipukuli oleh teman-temannya hanya karena sepupu saya mengajak mereka berkenalan. Jujur saja hati saya miris mendengar berita ini. Padahal kalau dilihat-lihat walaupun sepupu saya ini autis dia tetap rajin shalat, ramah terhadap orang lain, tidak suka memukul/melakukan kekerasan dan patuh terhadap orangtuanya. 


Kemudian tidak berapa lama saya menjemput sepupu saya yang autis itu. Saya duduk dengan orang-orang yang sedang menunggu anaknya selesai sekolah. Disebelah saya ada seorang ibu-ibu yang menunggu anaknya keluar. Tak lama sepupu saya keluar dari sekolahnya sambil berlari-lari, memang kalau dilihat dari kelakuannya memang berbeda dari anak normal lainnya. Lalu tiba-tiba ibu yang disebelah saya memanggil anaknya "Dek, jangan dekat-dekat sama orang itu. Dia Gila." Tunjuk ibu itu ke sepupu saya. Wah! ini ibu-ibu sok tau luar biasa. Nggak berapa lama anaknya datang kesepupu saya sambil teriak "Orang Gila! Orang Gila!" Ternyata dari orangtuanya sendiri sudah ngajar yang nggak bener ke anaknya. 

Disini saya suka merasa kesal dengan tanggapan orang-orang Indonesia bahwa kalau orang autis itu sama saja dengan gila. 
Pada dasarnya orang autis adalah  kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang kebanyakan diakibatkan oleh faktor hereditas dan kadang-kadang telah dapat dideteksi sejak bayi berusia 6 bulan. Deteksi dan terapi sedini mungkin akan menjadikan si penderita lebih dapat menyesuaikan dirinya dengan yang normal. Kadang-kadang terapi harus dilakukan seumur hidup, walaupun demikian penderita Autisme yang cukup cerdas, setelah mendapat terapi Autisme sedini mungkin, seringkali dapat mengikuti Sekolah Umum, menjadi Sarjana dan dapat bekerja memenuhi standar yang dibutuhkan, tetapi pemahaman dari rekan selama bersekolah dan rekan sekerja seringkali dibutuhkan, misalnya tidak menyahut atau tidak memandang mata si pembicara, ketika diajak berbicara. Karakteristik yang menonjol pada seseorang yang mengidap kelainan ini adalah kesulitan membina hubungan sosialberkomunikasi secara normal maupun memahami emosi serta perasaan orang lain. Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan yang merupakan bagian dari Kelainan Spektrum Autisme atau Autism Spectrum Disorders (ASD) dan juga merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung Gangguan Perkembangan Pervasif atau Pervasive Development Disorder (PDD). Autisme bukanlah penyakit kejiwaan karena ia merupakan suatu gangguan yang terjadi pada otak sehingga menyebabkan otak tersebut tidak dapat berfungsi selayaknya otak normal dan hal ini termanifestasi pada perilaku penyandang autisme.

Sudah sangat jelas bahwa orang autis bukanlah orang gila. Kemudian banyak juga harapan anak autis untuk masuk kejenjang perkuliahan sangat susah dikarenakan orang-orang berpikir bahwa anak autis tidak bisa berpikir dengan baik. Justru anak autis adalah anak yang sangat fokus dengan apa yang sedang dipelajarinya, walaupun tampak tidak peduli atau tidak mendengarkan apa yang sedang diajarkan mereka sebenarnya mampu menyerap berita dengan sangat cepat dan tepat. 

Jadi bukan karena dia anak autis kemudian harapan akan masa depannya tidak ada, mereka hanya sulit untuk melakukan hubungan sosialisasi dengan orang lain. Saya merasa beruntung memiliki saudara yang memang "special needed" sehingga saya jadi dapat menghargai orang-orang yang memiliki kekurangan. 

Lalu bagaimana orangtua yang baik untuk menanggapi anaknya apabila memang mengalami Autisme?
  1. Apabila ada gangguan pada hal-hal tersebut di atas, periksakan anak untuk penilaian lanjutan ke puskesmas dan rumah sakit (tenaga kesehatan).
  2. Gunakan cara penanganan yang sesuai dengan kondisi anak karena tidak setiap anak membutuhkan cara penanganan yang sama.
  3. Mintalah bantuan tenaga kesehatan untuk menentukan cara penanganan yang tepat di antara beberapa cara yang tersedia di wilayah setempat, misalnya, cara/metode ABA (analisis perilaku terapan/ applied behavior analysis), model perkembangan, pembelajaran terstruktur, terapi bicara dan bahasa, terapi keterampilan sosial, atau terapi okupasi.
  4. Lakukan penanganan tingkah laku dan kecerdasan pada usia dini melalui program pendidikan khusus yang terus-menerus sehingga membantu anak autis meningkatkan kemandirian dan interaksi sosial, keterampilan berkomunikasi dan bekerja, serta mengurangi gejala tingkah laku aneh.
  5. Berikan obat-obatan sesuai anjuran dokter.
  6. Jangan menunda penanganan / pengobatan karena akan berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya.



Lalu bagaimana Tanggapan kita sebagai orang asing terhadap Anak Autisme?
  1. Kita yang secara mental baik dan sehat serusnya bisa berpikir dan menjaga sikap agar anak yang mengalami "kekurangan" ini atau pun keluarga dari Autisme tidak merasa tersinggung
  2. Cobalah untuk bergaul dengannya secara baik-baik
  3. Pahami dengan betul Kekurangan dan Kelebihannya
  4. Biasanya anak Autis lebih sensitif, jadi sebaiknya kita menjaga sikap kita terhadap dia
  5. Anak autisme mempunyai dan memiliki kesempatan dan harapan yang sama terhadap kita yang normal, jadi tidak boleh membeda-bedakan atau merendahkan mereka yang "special Needed"
  6. Kita semua adalah makhluk ciptaan Allah SWT, dimatanya kita semua sederajat. Jadi kita semua harus saling menghargai.


Jadi mulai sekarang kita harus memiliki pemahaman akan anak autis dan mereka bukan lah orang gila. Bahkan mereka mampu melakukan hal-hal yang tidak mampu kita lakukan, seperti sepupu saya contohnya. Dia memiliki kemampuan lebih dalam hal akademik dan kreatifitas. Nilai-nilanya disekolah selalu tinggi walaupun dia jarang belajar dirumah. Dan dia juga memiliki bakat dalam bidang musik serta melukis. Jadi kita tidak boleh memandang rendah mereka-mereka yang membutuhkan perlakuan khusus. 





Sumber :
http://www.smallcrab.com/anak-anak/1034-mengenal-dan-menangani-anak-autis
http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme
https://id-id.facebook.com/notes/sekolah-alam-bogor/untuk-para-guru-pendamping-anak-autis-bytri-permana-dewi/416778100983


Comments

Popular Posts