Kebudayaan

PESAN DARI LELUHUR DIBALIK KISAH
"WAYANG KULIT"




Kebetulan saya mendapat tugas dari Dosen saya untuk melihat video wayang kulit yang ada di link beliau. Setelah saya tonton sampai selesai saya tidak mengerti maksud dari cerita wayang kulit itu, maka saya coba cari-cari info tentang wayang kulit. 

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayagadan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji





.

Ternyata wayang kulit ini sendiri sudah "Go International" Dunia luar tau tentang budaya ini dan banyak peminatnya, sayang sekali kalau budaya ini hilang dari negara kita sendiri. 

Namun apa sih yang leluhur kita coba sampaikan lewat cerita-cerita wayang kulit ini? Ternyata dibalik cerita wayang kulit ini ada pemahaman tentang nilai filosofi, etika dan estetika. 

Secara filosofinya berasal dari kata Yunani “philosophia” yang berarti “cinta kearifan”. Kata lain dari filosofi adalah filsafah, falsafah, falsafat), yang berarti pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada. Sebab, asal, dan hukumnya. Definisi lain, ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi. Sementara Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS Poerwadarminta didefinisikan dengan : pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab, asas hukum, dan sebagainya tentang segala yang ada dalam alam semesta, ataupun mengenai kebenaran arti “adanya” sesuatu.

Bidang yang bersifat normatif, yang bersangkut paut dengan kesusilaan (akhlak, moral), merupakan salah satu bidang filsafat yang disebut “etik” atau “etika”. Dalam hal ini, etik memberi nilai buruk atau baik atas perbuatan seseorang. Dengan demikian, etik atau etika (ethice), merupakan filsafat tingkah laku yang di dalamnya memuat perihal penilaian, yaitu penilaian terhadap tindakan yang dapat dikatakan baik atau buruk berdasarkan ukuran-ukuran tertentu. Oleh karena itu, Miklananda mendefinisikan etika sebagai ilmu yang mengajarkan manusia “bagaimana seharusnya hidup”, atau Plato memandangnya sebagai ilmu yang mengajar manusia “bagaimana manusia bijaksana hidup”, (Hazim Amir 1991; 97). Hal ini sesuai dengan konsep etika menurut wayang yakni mendidik manusia ke arah tingkah laku yang sempurna, yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Estetika (estetis) adalah cabang filsafat yang mempersoalkan seni (art) dan keindahan (beauty). Istilah estetika berasal dari kata Yunani “aesthesis”, yang berarti pencerapan indrawi, pemahaman intelektual, atau bisa juga berarti pengamatan spiritual. Istilah art (seni) berarti seni, keterampilan, ilmu, atau kecakapan. Keindahan atau estetika merupakan bagian dari sebuah filsafat, sebuah ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi. Batasan keindahan sulit dirumuskan. Karena keindahan itu abstrak, identik dengan kebenaran. Maka batas keindahan pada sesuatu yang indah, dan bukannya pada “keindahan sendiri”

Setelah saya tonton lagi ternyata yang leluhur kita coba sampaikan yaitu :
1. Tujuan Hidup Manusia
Leluhur mencoba menanamkan bahwa setiap manusia haruslah memiliki tujuan yang baik dan harus berdasarkan kebenaran. Dan menurut cerita ini, kebenaran hanya datang dari tuhan

2. Ketauladanan
KIta akan selalu memiliki permasalahan dalam hidup ini, namun pasti selalu ada pilihan dalam pemecahan solusinya. Maka dari itu kita harus memilih jalan yang baik dalam pemecahan solusinya. Karena apa yang kita pilih nanti akan kembali pada diri kita sendiri

3. Adanya Hukum Karma
Hukum karma sangat lah kental dicerita wayang, selalu apa yang kita perbuat nanti maka akan ada tilmbal baliknya pada diri sendiri. 

4. Nilai Estetika
Dalam pelaksanaan acaranya saja kita sudah dapat melihat nilai-nilai estetikanya, dari persiapan, permainan musik dan permainan wayang itu sendiri.

Nah dari pada nonton sinetron-sinetron yang nggak jelas mari kita nonton wayang kulit! Sudah penuh dengan keindahan-keindahan ternyata ada makna yang berguna bagi pedoman hidup dibalik ceritanya.

sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_kulit
http://pdwi.org/index.php?option=com_content&view=article&id=107:pemahaman-nilai-filosofi-etika-dan-estetika-dalam-wayang&catid=66:makalah&Itemid=180

Comments

Popular Posts